Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan istilah “dangerous goods”. Terlebih, bagi kamu yang sering menggunakan jasa pengiriman barang. Namun, untuk kamu yang belum tahu jangan khawatir, karena kali ini kita akan membahas seputar dangerous goods atau barang berbahaya.
Sebenarnya, Apa itu Dangerous Goods?
Dangerous goods adalah barang atau bahan yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat menimbulkan bahaya. Barang-barang ini mencakup zat kimia, material radioaktif, dan produk lain yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada manusia, hewan, serta lingkungan.
Pengklasifikasian dangerous goods didasarkan pada sifat fisik dan kimianya. Misalnya, ada bahan mudah terbakar seperti bensin atau pelarut organik. Ada juga bahan korosif seperti asam kuat yang bisa merusak kulit dan material lainnya.
Dalam konteks transportasi, penanganan yang tepat terhadap dangerous goods sangat penting untuk mencegah insiden berbahaya selama pengiriman. Kesalahan dalam pengangkutan dapat mengakibatkan kebakaran, ledakan, atau bahkan pencemaran lingkungan.
Oleh karena itu, pemahaman tentang apa itu barang berbahaya menjadi kunci bagi pihak-pihak terkait agar dapat melakukan langkah-langkah pencegahan dengan baik. Dalam industri logistik dan transportasi khususnya, pengetahuan mengenai jenis-jenis barang berbahaya ini tidak boleh diabaikan demi keselamatan semua orang.
Klasifikasi Dangerous Goods
Kelas 1: Bahan Peledak
Barang dalam kelas ini memiliki potensi meledak, menghasilkan gelombang kejut, dan proyektil yang dapat menyebabkan kerusakan parah. Contohnya adalah bom, petasan, kembang api, amunisi, dan bahan peledak lainnya.
Kelas ini dibagi menjadi beberapa subkelas berdasarkan sensitivitas terhadap benturan, suhu, dan bahaya yang ditimbulkan. Bahan peledak sangat sensitif terhadap benturan, gesekan, panas, atau perubahan tekanan. Oleh karena itu, penanganan dan transportasi bahan peledak memerlukan prosedur yang sangat ketat dan khusus.
Kelas 2: Gas
Gas yang termasuk dalam kelas ini memiliki sifat yang beragam, seperti mudah terbakar, bersifat oksidasi, beracun, atau menyebabkan sesak napas. Contohnya adalah gas oksigen, gas asetilen, gas klorin, dan gas amonia.
Gas-gas ini dapat menimbulkan bahaya kebakaran, ledakan, atau kerusakan kesehatan jika tidak ditangani dengan benar. Kelas gas dibagi menjadi beberapa subkelas berdasarkan sifat gas (mudah terbakar, tidak mudah terbakar, beracun) dan tekanan dalam wadah.
Kelas 3: Cairan Mudah Terbakar
Cairan mudah terbakar adalah cairan yang memiliki titik nyala yang rendah dan mudah menghasilkan uap yang mudah terbakar.
Contohnya adalah bensin, minyak tanah, alkohol, dan thinner. Uap dari cairan mudah terbakar dapat membentuk campuran yang mudah terbakar dengan udara, sehingga dapat menyebabkan kebakaran jika terkena sumber nyala.
Kelas 4: Padatan Mudah Terbakar
Padatan mudah terbakar meliputi bahan padat yang mudah terbakar, dapat terbakar secara spontan, atau bereaksi hebat dengan air.
Contohnya adalah belerang, fosfor, serbuk logam, dan beberapa jenis plastik. Padatan mudah terbakar dapat menimbulkan bahaya kebakaran jika terkena sumber nyala atau bereaksi dengan zat lain.
Kelas 5: Oksidator dan Peroksida Organik
Oksidator adalah zat yang dapat menyebabkan atau mempercepat pembakaran bahan lain. Peroksida organik adalah senyawa organik yang mengandung ikatan peroksida.
Contoh oksidator adalah hidrogen peroksida, kalium permanganat, dan natrium nitrat. Oksidator dapat menyebabkan kebakaran yang hebat jika bercampur dengan bahan yang mudah terbakar.
Kelas 6: Bahan Beracun
Bahan beracun dapat menyebabkan kerusakan pada kesehatan manusia jika tertelan, terhirup, atau terserap melalui kulit.
Contohnya adalah sianida, arsenik, merkuri, dan beberapa jenis pestisida. Bahan beracun dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, pusing, kerusakan organ, bahkan kematian.
Kelas 7: Bahan Radioaktif
Bahan radioaktif memancarkan radiasi yang dapat merusak sel hidup. Paparan radiasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kanker dan penyakit lainnya.
Contoh bahan radioaktif adalah uranium, plutonium, dan cesium. Bahan radioaktif harus ditangani dengan sangat hati-hati dan disimpan dalam wadah khusus yang dirancang untuk melindungi dari radiasi.
Kelas 8: Bahan Korosif
Bahan korosif dapat merusak kulit, mata, dan logam. Contohnya adalah asam sulfat, asam nitrat, dan natrium hidroksida. Bahan korosif dapat menyebabkan luka bakar kimiawi jika terkena kulit atau mata.
Kelas 9: Barang Berbahaya Lainnya
Kelas ini mencakup berbagai barang berbahaya yang tidak termasuk dalam kelas 1-8, seperti baterai lithium, magnetron, keringanan, dan bahan magnetik. Barang-barang ini memiliki sifat berbahaya yang spesifik dan memerlukan penanganan khusus.
Intinya, setiap kelas barang berbahaya memiliki karakteristik dan bahaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penanganan, penyimpanan, dan transportasi barang berbahaya harus dilakukan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk menghindari kecelakaan dan kerusakan.
Bahaya dan Risiko dari Pengangkutan Dangerous Goods
Mengangkut barang berbahaya mengandung sejumlah bahaya yang tidak bisa diabaikan. Risiko utama adalah potensi terjadinya kebocoran atau tumpahan. Jika bahan kimia beracun atau eksplosif bocor, dampaknya dapat sangat merugikan bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Selain itu, kecelakaan selama pengangkutan juga menjadi isu serius. Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan pengangkut barang berbahaya dapat menyebabkan ledakan atau penyebaran zat-zat berbahaya ke area sekitar. Ini bukan hanya membahayakan sopir dan penumpang lain, tetapi juga masyarakat di sekitarnya.
Paparan terhadap barang-barang ini tanpa perlindungan yang tepat dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang. Keracunan, iritasi kulit, bahkan kanker bisa terjadi akibat kontak langsung dengan bahan-bahan tersebut.
Pengendalian risiko sangat penting dalam proses pengangkutan ini. Prosedur keselamatan harus diterapkan untuk meminimalkan kemungkinan kejadian buruk dan memastikan semua pihak terlindungi dari ancaman yang ada.
Pengaturan dan Persyaratan untuk Mengangkut Barang Berbahaya
Mengangkut barang berbahaya memerlukan perhatian khusus dan kepatuhan terhadap regulasi yang ketat. Setiap negara memiliki aturan dan standar sendiri untuk mengelola transportasi dangerous goods. Misalnya, dalam transportasi udara, International Air Transport Association (IATA) telah menetapkan pedoman yang harus diikuti oleh semua maskapai penerbangan.
Penting bagi pengirim untuk memberikan informasi yang jelas tentang jenis barang berbahaya dan cara penanganannya. Labeling atau pelabelan juga sangat penting agar petugas dapat mengenali bahaya potensial dengan cepat selama proses pengiriman.
Selain itu, perusahaan pengangkutan wajib melaksanakan pelatihan kepada karyawan mereka mengenai prosedur keselamatan saat menangani barang-barang ini. Pengemasan yang tepat juga tidak boleh diabaikan, karena kemasan yang rusak dapat menyebabkan kebocoran atau kecelakaan serius.
Regulasi lainnya termasuk izin khusus untuk transportasi barang tertentu serta pencatatan lengkap dari setiap tahap proses pengangkutan. Dengan mengikuti semua peraturan ini, risiko yang terkait dengan dangerous goods dapat diminimalisir secara efektif.
Kesadaran akan pentingnya keamanan dalam mengangkut bahan-bahan berbahaya perlu ditingkatkan secara terus menerus demi keselamatan publik dan lingkungan sekitar kita.
0 Comments